Bookchapter Manajemen SDM

Flexibility Work: Kontrol dalam Dunia Kerja di Era Modern

Michael Saverius, Sri Wartini — Tue, 01 Jul 2025 00:00:00 +0700

Perubahan dalam dunia kerja global akibat digitalisasi, disrupsi sosial, dan pergeseran nilai tenaga kerja telah mendorong munculnya flexibility work sebagai pendekatan manajemen sumber daya manusia yang adaptif dan berorientasi pada kesejahteraan. Flexibility work merujuk pada kebijakan yang memberi karyawan keleluasaan menentukan waktu, lokasi, dan metode kerja, dengan tetap menjaga akuntabilitas terhadap hasil. Pendekatan ini tidak hanya bersifat operasional, tetapi juga mencerminkan pergeseran paradigma dalam hubungan kerja yang menekankan otonomi, kepercayaan, dan keseimbangan hidup. Bookchapter ini bertujuan mengkaji konsep flexibility work, faktor penentunya, serta indikator implementasinya dalam konteks kerja pascakrisis global.

Temuan menunjukkan bahwa flexibility work dipengaruhi oleh struktur organisasi, persepsi karyawan terhadap otonomi, kepemimpinan suportif, dan budaya kerja yang adaptif. Secara umum, flexibility work berkorelasi positif dengan kepuasan kerja, keseimbangan hidup, loyalitas, dan penurunan niat keluar dari organisasi. Dengan demikian, flexibility work bukan sekadar kebijakan operasional, melainkan strategi organisasi untuk membangun lingkungan kerja yang inklusif dan berkelanjutan.

Work-Life Balance: Kunci Kesejahteraan Karyawan dan Organisasi

Rayhan Gary Marsenda, Erisa Aprilia Wicaksari — Wed, 02 Jul 2025 00:00:00 +0700

Keseimbangan kehidupan kerja (work-life balance) menjadi aspek penting dalam meningkatkan kesejahteraan dan kinerja karyawan di era modern. Chapter ini bertujuan untuk mengkaji definisi, indikator, serta faktor-faktor yang mempengaruhi work-life balance dan hubungannya dengan kinerja, kepuasan kerja, stres, komitmen, motivasi dan turnover intention. Metode yang digunakan dalam bahasan ini adalah studi pustaka dengan mengumpulkan literatur dari jurnal ilmiah, artikel, dan berita relevan. Hasil kajian menunjukkan bahwa keseimbangan kehidupan kerja dapat diukur melalui hubungan timbal balik antara kehidupan kerja dan pribadi, serta keseimbangan waktu, peran dan kepuasan. Faktor yang mempengaruhi mencakup aspek individu, organisasi, sosial, pekerjaan dan regulasi ketenagakerjaan. Karyawan yang memiliki work-life balance cenderung menunjukkan peningkatan performa dan kesejahteraan, serta penurunan stres dan niat berpindah kerja. Simpulan dari penelitian ini menegaskan pentingnya menciptakan lingkungan kerja yang mendukung keseimbangan hidup demi keberhasilan karyawan dan organisasi. Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi organisasi dan penelitian di masa yang akan datang.

Peran Digital Leadership dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi di Era Transformasi Digital

Feni Hadi Wibowo, Sri Wartini — Fri, 04 Jul 2025 00:00:00 +0700

Perkembangan teknologi yang pesat mendorong organisasi untuk melakukan transformasi digital secara menyeluruh. Digital leadership muncul sebagai bentuk kepemimpinan modern yang mampu mengintegrasikan teknologi ke dalam visi strategis, budaya kerja dan proses operasional organisasi. Penulisan ini bertujuan untuk mengkaji peran digital leadership dalam meningkatkan kinerja organisasi di era transformasi digital. Metode yang digunakan dalam penulisan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari jurnal terindeks nasional dan internasional periode 2019 –2025. Hasil tinjauan menunjukkan bahwa digital leadership berperan penting dalam membentuk budaya digital, meningkatkan inovasi, kolaborasi, serta kompetensi Sumber Daya Manusia yang berdampak positif pada kinerja organisasi. Digital leadership yang efektif mampu menghadirkan efisiensi, keterlibatan pegawai dan keunggulan kompetitif. Penelitian ini menyarankan agar studi selanjutnya melakukan penelitian kuantitatif untuk menguji hubungan antar variabel serta mengembangkan model konseptual digital leadership yang aplikatif di berbagai sektor.

Peran Digital Leadership dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi di Era Transformasi Digital

Kibriya Zia’ulhaq, Sri Wartini — Fri, 04 Jul 2025 00:00:00 +0700

Kesehatan mental di tempat kerja menjadi isu yang semakin krusial di tengah kompleksitas tuntutan kerja dan perkembangan teknologi pada era Society 5.0. Salah satu pendekatan yang dipandang strategis dalam menjaga kesejahteraan psikologis karyawan adalah Work-Life Balance (WLB). Penelitian ini bertujuan untuk menelaah hubungan antara WLB dan kesehatan mental di tempat kerja melalui metode literature review sistematis dan realist review terhadap berbagai literatur akademik nasional dan internasional. Hasil kajian menunjukkan bahwa WLB memiliki kontribusi signifikan dalam menurunkan tingkat stres, burnout, kecemasan, serta meningkatkan kepuasan kerja dan loyalitas karyawan, terutama ketika diterapkan dalam konteks organisasi yang suportif dan fleksibel. Studi ini juga menyoroti peran strategis manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) dalam mengintegrasikan kebijakan WLB secara holistik ke dalam budaya kerja organisasi. Kesimpulan dari artikel ini menegaskan bahwa WLB bukan sekadar kebijakan administratif, melainkan fondasi strategis dalam membangun organisasi yang sehat secara psikologis dan kompetitif secara berkelanjutan. Kontribusi utama artikel ini terletak pada penggabungan pendekatan teoritis dan praktis dalam mengaitkan desain kerja berbasis kesejahteraan dengan tantangan transformatif Society 5.0.

Flexible Working Arrangements: Fleksibilitas Kerja dalam Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) Modern

Rose Siana Inge Pratiwi, Sri Wartini — Tue, 08 Jul 2025 00:00:00 +0700

Flexible Working Arrangements (FWA) adalah konsep tentang pengaturan kerja yang memberi karyawan kebebasan untuk memilih kapan, di mana dan bagaimana mereka menyelesaikan tugas mereka. Dalam era digital dan setelah pandemi COVID-19, FWA menjadi strategi penting dalam pengelolaan SDM kontemporer. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mempelajari konsep FWA, keuntungan, kelemahan dan implementasinya dalam organisasi, khususnya di Indonesia. FWA tidak hanya meningkatkan efisiensi dan produktivitas organisasi, tetapi juga membantu karyawan menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kerja. Untuk menjelaskan hubungan antara tuntutan kerja dan sumber daya kerja dalam konteks FWA, teori Job Demand-Resources digunakan sebagai landasan teoritis. Penulisan kajian ini menggunakan pendekatan studi literatur dari berbagai sumber ilmiah. Hasil analisis menunjukkan bahwa dukungan manajemen, kebijakan perusahaan dan kesiapan teknologi sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan FWA. Meskipun FWA menawarkan manfaat bagi organisasi dan individu, namun masih membutuhkan pendekatan dan strategi yang tepat agar dapat digunakan secara berkelanjutan di berbagai industri, termasuk perusahaan pemerintah dan swasta.

Fleksibilitas Kerja dalam Kajian SDM

Falaredo Gusti Pamungkas, Sri Wartini — Tue, 08 Jul 2025 00:00:00 +0700

Fleksibilitas kerja menjadi isu penting dalam manajemen Sumber Daya Manusia seiring dengan tuntutan efisiensi, produktivitas dan keseimbangan kehidupan kerja di era modern. Perubahan teknologi, tekanan psikologis di tempat kerja, serta dinamika sosial menuntut organisasi untuk menerapkan kebijakan kerja yang lebih adaptif. Artikel ini membahas konsep fleksibilitas kerja dari sudut pandang manajemen Sumber Daya Manusia, dengan fokus pada urgensi penerapan, kontribusi terhadap organisasi, indikator pengukuran serta faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilannya. Penelitian dilakukan melalui studi literatur sistematis dari berbagai sumber ilmiah nasional dan internasional. Hasil kajian menunjukkan bahwa fleksibilitas kerja berdampak positif terhadap pengurangan intensi keluar karyawan, peningkatan perilaku inovatif, kesejahteraan mental dan fisik, serta akses kerja yang lebih adil. Namun, fleksibilitas kerja sangat bergantung pada kesiapan organisasi, dukungan sosial, kebijakan institusi dan kemampuan individu dalam memanfaatkan teknologi kerja jarak jauh.

Peran Kepemimpinan Transformasional dalam Meningkatkan Kinerja SDM

Muhammad Agung Kurniawan, Sri Wartini — Tue, 08 Jul 2025 00:00:00 +0700

Seorang pemimpin handal tidak hanya mampu merancang strategi yang tepat untuk menjawab tantangan organisasi, tetapi juga memiliki keterampilan untuk mengimplementasikannya secara efektif dalam situasi yang dinamis. Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam mengenai konsep dan karakteristik kepemimpinan transformasional. Melalui penjelasan ini, pembaca diharapkan mampu membedakan kepemimpinan transformasional dari gaya kepemimpinan yang lain, serta memahami ciri-ciri utamanya, seperti: pengaruh ideal, motivasi inspiratif, stimulasi intelektual dan perhatian individual. Data sekunder dikumpulkan dari artikel ilmiah, buku akademik dan dokumen kebijakan yang relevan, kemudian dianalisis secara tematik untuk memperoleh sintesis konseptual dan empiris. Hasil kajian menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional berhubungan erat dengan keterlibatan kerja karyawan. Dengan menginspirasi karyawan agar memiliki visi yang sama, pemimpin dapat menciptakan tim yang kohesif dan fokus pada pencapaian hasil bersama. Hal ini tidak hanya positif bagi kinerja individu tetapi juga meningkatkan performa keseluruhan organisasi secara signifikan. Pemimpin transformasional tidak hanya fokus pada pencapaian target jangka pendek, tetapi juga menciptakan landasan strategis untuk keberhasilan jangka panjang melalui: penguatan motivasi kerja, peningkatan kepercayaan, pengembangan kompetensi dan penciptaan budaya inovatif yang adaptif terhadap perubahan.

Pengaruh Kinerja Karyawan terhadap Mutu Pelayanan (Studi Kasus pada Puskesmas Anyar)

Affan Nur Ilhamy, Nurul Kamilia — Tue, 08 Jul 2025 00:00:00 +0700

Penelitian ini menganalisis pengaruh kinerja karyawan terhadap mutu pelayanan di Puskesmas Anyar sebagai unit layanan kesehatan primer. Kinerja karyawan mencakup aspek teknis, komunikasi, inisiatif dan perilaku kerja, sedangkan mutu pelayanan diukur dari persepsi pasien terhadap keandalan, daya tanggap, empati, jaminan dan bukti fisik. Pendekatan kuantitatif digunakan dengan metode Structural Equation Modeling (SEM) berbasis Partial Least Squares (PLS) pada 60 responden melalui teknik total sampling. Hasil menunjukkan bahwa kinerja karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap mutu pelayanan, didukung oleh validitas dan reliabilitas konstruk yang kuat serta effect size yang besar. Temuan ini menegaskan pentingnya pengelolaan kinerja sebagai strategi peningkatan mutu layanan, sekaligus memberikan kontribusi teoritis dan praktis bagi pengembangan kualitas layanan kesehatan secara berkelanjutan.

Stres Kerja: Perspektif Baru dalam Dunia Kerja Modern

Marcel Kasaga, Athoillah Athoillah — Wed, 09 Jul 2025 00:00:00 +0700

Di era kerja modern yang ditandai dengan tingginya tekanan dan tuntutan kinerja, stres kerja telah menjadi isu yang semakin krusial. Ketidakseimbangan antara produktivitas dan kesehatan mental karyawan berpotensi menurunkan kualitas hidup individu sekaligus berdampak negatif pada pencapaian organisasi. Artikel ini membahas secara komprehensif dinamika hubungan antara stres kerja, produktivitas dan kesehatan mental, serta pentingnya pendekatan baru dalam manajemen stres kerja yang tidak hanya berfokus pada performa, tetapi juga pada kesejahteraan psikologis. Pendekatan ini melibatkan pemanfaatan variabel mediasi seperti: mindfulness, psychological capital, social support dan work engagement yang terbukti mampu menurunkan dampak negatif stres sekaligus meningkatkan produktivitas secara berkelanjutan. Melalui tinjauan literatur dan studi kasus, artikel ini menyoroti perlunya strategi organisasi yang bersifat preventif, partisipatif dan berbasis keseimbangan kerja-kehidupan (work-life balance). Selain itu, dibahas pula kontribusi kebijakan institusional serta peran regulasi ketenagakerjaan Indonesia dalam menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesehatan mental.

Artikel ini diharapkan menjadi referensi bagi praktisi Sumber Daya Manusia, manajer organisasi, akademisi dan pembuat kebijakan dalam membangun ekosistem kerja yang sehat, resilien dan produktif.

STRATEGI KOMPENSASI ADAPTIF DALAM MENGHADAPI DINAMIKA EKONOMI DAN TANTANGAN KINERJA KARYAWAN

Satrio Harjo Pangestu, Erisa Aprilia Wicaksari — Wed, 09 Jul 2025 00:00:00 +0700

Kompensasi merupakan salah satu elemen strategis dalam manajemen sumber daya manusia yang berperan penting dalam meningkatkan motivasi, produktivitas, serta loyalitas karyawan, terlebih dalam konteks ekonomi Indonesia yang penuh tantangan seperti inflasi, ketidakpastian global, dan perubahan pola kerja. Book Chapter ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam peran kompensasi terhadap kinerja karyawan serta mengevaluasi tantangan dan strategi kebijakan kompensasi yang relevan dalam situasi ekonomi saat ini. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif berbasis kajian literatur dari sumber-sumber ilmiah terindeks, penelitian ini berhasil mengidentifikasi bahwa kompensasi baik dalam bentuk finansial maupun non-finansial memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan dan kinerja karyawan, meskipun pada beberapa studi ditemukan tidak selalu berdampak langsung. Hasil kajian juga menyoroti pentingnya keadilan, transparansi, serta kesesuaian kompensasi dengan kebutuhan karyawan dan kondisi organisasi. Kesimpulan dari penelitian ini menekankan perlunya strategi kompensasi yang adaptif, seimbang, dan responsif terhadap dinamika pasar.

Kepemimpinan Transformasional di Era Industri 5.0: Dampaknya terhadap Motivasi dan Produktivitas Karyawan Millennial

Muhammad Isnaini Alfian Fadilah, Nurul Kamilia — Wed, 09 Jul 2025 00:00:00 +0700

Perkembangan Industri 5.0 mendorong perubahan besar dalam dunia kerja, khususnya dalam cara organisasi mengelola Sumber Daya Manusia, termasuk karyawan generasi millennial yang kini mendominasi angkatan kerja. Generasi ini memiliki karakteristik unik seperti: kebutuhan akan fleksibilitas, makna kerja dan lingkungan yang kolaboratif, sehingga menuntut pendekatan kepemimpinan yang relevan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap motivasi dan produktivitas karyawan generasi millennial dalam konteks era Industri 5.0. Metode yang digunakan adalah kajian literatur (literature review) dengan menelaah berbagai jurnal nasional dan internasional yang relevan. Hasil kajian menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional yang mencakup: pengaruh ideal, motivasi inspiratif, stimulasi intelektual dan perhatian individual dapat secara signifikan meningkatkan motivasi dan produktivitas millennial, terutama ketika dikombinasikan dengan budaya organisasi yang adaptif dan kolaboratif. Simpulan dari penelitian ini menegaskan bahwa peran pemimpin yang transformasional menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan kerja yang mampu menjawab tantangan generasi millennial di era digital. Kontribusi utama dari penelitian ini adalah memberikan gambaran konseptual yang dapat menjadi acuan bagi organisasi dalam merancang strategi pengembangan SDM yang selaras dengan perkembangan teknologi dan dinamika generasi kerja saat ini.

Kompensasi yang Adil dan Kompetitif untuk Keberlangsungan Karyawan sebagai Upaya Menurunkan Keinginan Berpindah

Nurazizah Dwi Yuliani, Nurul Kamilia — Fri, 11 Jul 2025 00:00:00 +0700

Employee Turnover telah menjadi fenomena yang umum terjadi di tengah lingkup bisnis. Berbagai survei dan penelitian dilakukan untuk mengetahui kondisi serta faktor- faktor pendorong terjadinya fenomena ini dan salah satunya adalah kompensasi. Penelitian ini dilaksanakan untuk memberikan gambaran pentingnya pemberian kompensasi yang adil dan kompetitif dalam menurunkan turnover intention. Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory) diadopsi sebagai landasan teori pada penelitian ini. Teori ini menganggap perilaku seseorang dapat dijelaskan secara ekonomi dan bersifat timbal-balik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan studi literatur (literature review) dalam mengeksplorasi hasil dari penelitian terdahulu terkait topik. Sebanyak 20 artikel jurnal nasional terakreditasi dan internasional terindex digunakan dalam studi literatur ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompensasi memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap turnover intention. Temuan ini selaras dengan landasan teori yang menunjukkan semakin tinggi nilai kompensasi, maka semakin rendah keinginan berpindah karyawan. Hasil ini menunjukkan pentingnya perusahaan menyediakan sistem kompensasi yang adil dan kompetitif dengan tetap memperhatikan efektivitas agar mampu mempertahankan karyawannya.

Keseimbangan Kehidupan Kerja: dalam Perspektif Produktivitas Kerja Modern

Maulia Zulfa Azizah, Athoillah Athoillah — Sun, 13 Jul 2025 00:00:00 +0700

Keseimbangan kehidupan kerja (work-life balance) merupakan aspek penting dalam meningkatkan kesejahteraan dan kinerja karyawan, khususnya di era kerja modern yang fleksibel dan berbasis teknologi. Penulisan ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam konsep work-life balance, mulai dari definisi, indikator-indikator pengukurnya, hingga faktor-faktor yang mempengaruhinya dari sisi individu, organisasi, sosial hingga konteks global. Selain itu, dibahas pula keterkaitan antara work-life balance dengan berbagai variabel penting seperti: kepuasan kerja, keterlibatan kerja (employee engagement), kinerja, motivasi, serta niat untuk berpindah kerja (turnover intention). Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah studi pustaka, dengan mengumpulkan dan menganalisis berbagai sumber literatur ilmiah, buku dan dokumen kebijakan yang relevan. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sangat dipengaruhi oleh fleksibilitas waktu kerja, dukungan sosial di tempat kerja serta kondisi kesehatan mental karyawan. Karyawan yang mampu menjaga keseimbangan ini cenderung lebih produktif, puas terhadap pekerjaannya, serta memiliki loyalitas yang lebih tinggi terhadap organisasi. Dengan demikian, penting bagi organisasi untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung tercapainya work-life balance agar dapat meningkatkan produktivitas dan mempertahankan Sumber Daya Manusia secara berkelanjutan.

Paradigma Baru Work From Anywhere: Strategi MSDM untuk Keseimbangan Hidup dan Kesehatan Mental Karyawan

Fendi Aji Pradana, Vini Wiratno Putri — Mon, 14 Jul 2025 00:00:00 +0700

Perubahan drastis dalam lanskap kerja akibat transformasi digital dan pandemi COVID-19 telah mendorong munculnya paradigma baru bernama Work From Anywhere (WFA). Berbeda dengan WFH, pendekatan WFA memungkinkan karyawan bekerja dari lokasi mana pun, dengan fleksibilitas yang lebih luas dalam mengatur waktu dan ruang kerja. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji secara komprehensif dampak WFA terhadap keseimbangan hidup dan kesehatan mental karyawan, serta merumuskan strategi Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) yang sehat dan berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang berlandaskan pada kajian literatur dari jurnal ilmiah yang terakreditasi, dengan analisis yang dilakukan secara tematik. Hasil kajian menunjukkan bahwa WFA berpotensi meningkatkan well-being dan work-life integration, namun juga menimbulkan risiko kelelahan digital, isolasi sosial dan ambiguitas peran. Oleh karena itu, organisasi perlu mengembangkan strategi MSDM yang berorientasi pada hasil, memperkuat rasa aman psikologis, serta merumuskan kebijakan yang fleksibel, adaptif dan inklusif. Kontribusi utama dari penelitian ini yaitu pemetaan konseptual dan praktis terkait strategi WFA dalam konteks Indonesia, serta usulan agenda penelitian yang melibatkan berbagai sektor dan generasi di masa depan. Penelitian ini menawarkan landasan yang kuat untuk pengembangan kebijakan dan pedoman strategis bagi organisasi yang ingin mengimplementasikan sistem kerja fleksibel secara berkelanjutan.

Manajemen Talenta sebagai Aset Strategis: Perspektif Manajerial dan Organisasional

Alfattah Sultan Assyakhvan, Athoillah Athoillah — Wed, 16 Jul 2025 00:00:00 +0700

Manajemen talenta kini menjadi elemen strategis penting dalam pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM), terutama di tengah tantangan globalisasi dan persaingan bisnis yang semakin ketat. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam bagaimana manajemen talenta berperan sebagai aset strategis dalam meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja karyawan. Metode yang digunakan melalui pendekatan kualitatif deskriptif dengan studi literatur dan analisis konsep dari berbagai sumber ilmiah sebagai metode utamanya. Hasil dari berbagai sumber literatur menunjukkan bahwa penerapan manajemen talenta melalui tujuh elemen utama seperti: rekrutmen dan seleksi, pelatihan dan pengembangan, perencanaan suksesi, manajemen kinerja, kompensasi, retensi dan employer branding berkontribusi besar terhadap peningkatan kinerja karyawan dan kepuasan kerja. Kesimpulan dari artikel ini menyatakan bahwa strategi manajemen talenta yang terintegrasi tidak hanya meningkatkan produktivitas individu dan organisasi, tetapi juga memperkuat loyalitas karyawan dan keunggulan kompetitif jangka panjang. Kontribusi utama dari artikel ini terletak pada pemetaan indikator manajemen talenta sebagai investasi strategis SDM dan penegasan hubungan siklikal antara kinerja, kepuasan kerja dan keberhasilan organisasi secara menyeluruh.

PERAN PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT DALAM HUBUNGAN ANTARA WORK-LIFE BALANCE DAN KEPUASAN KERJA

Salsabilla Ameidiza Hanum, Andhi Wijayanto — Sat, 19 Jul 2025 00:00:00 +0700

Kepuasan bekerja menjadi fondasi penting dalam mewujudkan tenaga kerja yang unggul dan berdaya saing. Salah satu aspek utamanya adalah tercapainya rasa puas dalam bekerja, yang sering dikaitkan dengan kemampuan individu menjaga keseimbangan antara tanggung jawab profesional dan kehidupan pribadi (work life balance). Namun, keseimbangan tersebut tidak selalu cukup untuk menciptakan pengalaman kerja yang positif jika tidak disertai oleh lingkungan kerja yang mendukung secara psikologis. Dalam konteks ini, persepsi terhadap dukungan yang diberikan organisasi (perceived organizational support) memegang peran penting. Perceived organizational support bukan sekadar pelengkap, melainkan kunci yang mengubah kebijakan struktural menjadi pengalaman kerja yang bermakna. Dukungan tersebut menjembatani harapan karyawan dengan realitas organisasi, serta membentuk hubungan emosional yang memperkuat kepuasan terhadap pekerjaan. Dengan memahami dinamika ini, organisasi dapat membangun lingkungan kerja yang tidak hanya mengatur beban kerja, tetapi juga memelihara keterikatan dan loyalitas karyawan.

PERAN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DALAM KESEJAHTERAAN DUNIA KERJA DI ERA MODERN

Gabriel Adyatma Rillo Prakasa, Ahmad Zaenuri — Sat, 19 Jul 2025 00:00:00 +0700

Kualitas kehidupan kerja telah menjadi perhatian utama dalam dunia kerja modern, terutama di tengah perubahan pesat industri dan masuknya generasi Z ke lingkungan organisasi. Generasi ini membawa ekspektasi baru yang menuntut keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, lingkungan kerja yang inklusif, serta dukungan terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan. Dalam konteks ini, kualitas kehidupan kerja tidak lagi dipandang sebatas pemenuhan hak-hak karyawan, melainkan sebagai strategi penting untuk menciptakan budaya kerja yang sehat, produktif, dan berkelanjutan. Bab ini mengupas berbagai aspek penting dalam kualitas kehidupan kerja, mulai dari konsep dasar, indikator, faktor-faktor yang memengaruhi, hingga dampaknya terhadap kesejahteraan individu dan kinerja organisasi. Disajikan dengan pendekatan tematis dan lugas bahwa kualitas kehidupan kerja menjadi kunci dalam menghadapi tantangan SDM masa kini melalui organisasi dalam membangun ekosistem kerja yang mendukung partisipasi, keadilan, dan kepuasan kerja secara menyeluruh. Dalam era yang ditandai oleh tekanan produktivitas tinggi dan dinamika teknologi, kualitas kehidupan kerja menjadi fondasi penting dalam membentuk pengalaman kerja yang bermakna dan mendorong keberlanjutan organisasi di masa depan

Resiliensi Karyawan: Kunci Peningkatan Kinerja di Masa Krisis

Muhammad Maulana Faiz Akbar Failika, Ahmad Zaenuri — Sat, 19 Jul 2025 00:00:00 +0700

Penelitian ini membahas peran resiliensi karyawan sebagai kunci strategis dalam meningkatkan kinerja selama masa krisis, khususnya pasca-pandemi Covid-19. Resiliensi diartikan sebagai kemampuan individu untuk beradaptasi dan bangkit dari tekanan, yang terbukti berkorelasi positif dengan produktivitas kerja. Tujuan utama penelitian ini adalah mengidentifikasi strategi manajerial yang dapat meningkatkan resiliensi karyawan, seperti: komunikasi terbuka, dukungan sosial, pelatihan manajemen stres serta budaya kerja yang inklusif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berbasis studi literatur sistematis dari berbagai jurnal yang terakreditasi nasional dan internasional. Hasil sintesis menunjukkan bahwa resiliensi karyawan berdampak signifikan terhadap performa individu dan keberlangsungan organisasi di tengah ketidakpastian. Kesimpulannya, pengembangan resiliensi merupakan investasi strategis bagi organisasi untuk membentuk tenaga kerja yang adaptif, produktif dan tangguh. Kontribusi penelitian ini terletak pada integrasi konsep resiliensi ke dalam praktik manajemen SDM kontemporer, serta penyusunan strategi peningkatan kinerja berbasis pendekatan psikologis dan organisasi selama masa krisis.

Organizational Citizenship Behaviour: Meningkatkan Efektivitas dalam Organisasi secara Menyeluruh

Hilda Zen Ersianti, Erisa Aprilia Wicaksari — Sat, 19 Jul 2025 00:00:00 +0700

Untuk menghadapi dinamika persaingan global yang terus meningkat, organisasi tidak dapat hanya mengandalkan teknologi dan modal semata, namun juga perlu berfokus pada kualitas dan produktivitas tenaga kerja yang dimiliki. Dalam upaya meningkatkan kinerja dan efektivitas organisasi, tidak hanya perilaku formal yang tercantum dalam deskripsi pekerjaan yang berperan penting, tetapi juga perilaku sukarela karyawan yang dikenal sebagai Organizational Citizenship Behavior (OCB). Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengkaji dan memahami tentang peran dan pengaruh Organizational Citizenship Behaviour (OCB) untuk efektivitas suatu organisasi secara menyeluruh melalui pembahasan faktor-faktor OCB yaitu: kepuasan kerja, komitmen organisasi, persepsi keadilan organisasi dan juga hubungan interpersonal. Selain itu, terdapat juga pembahasan mengenai dimensi OCB yang terdiri atas: altruism, conscientiousness, sportsmanship, courtesy dan civic virtue. Dari kajian ini juga dapat dibuktikan bahwa Organizational Citizenship Behaviour memiliki hubungan secara langsung terhadap kepuasan kerja, kinerja karyawan, komitmen organisasi, kepemimpinan transformasional dan juga kepemimpinan melayani, yang berpengaruh langsung terhadap efektivitas organisasi.

Emotional Intelligence: Kompetensi Inti dalam Meningkatkan Employability Mahasiswa

Michelle Thalia Sihotang, Andhi Wijayanto — Sun, 27 Jul 2025 00:00:00 +0700

Kecerdasan emosional (emotional intelligence) telah menjadi fokus utama dalam pengembangan Sumber Daya Manusia, terutama di lingkungan pendidikan tinggi. Emotional intelligence (EI) dinilai sebagai aspek fundamental dalam membentuk individu yang adaptif, komunikatif dan kolaboratif, serta mampu berfungsi secara optimal dalam konteks kerja yang dinamis. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengeksplorasi dan menganalisis peran emotional intelligence (EI) sebagai kompetensi inti dalam meningkatkan employability (kemampuan kerja) mahasiswa. Dengan menggunakan metode melalui pendekatan kajian pustaka, penulis mengkaji berbagai literatur akademik dengan mengumpulkan literatur dari jurnal ilmiah, artikel, buku akademik dan berita relevan. Hasil kajian menunjukkan bahwa EI merupakan prediktor penting terhadap berbagai aspek employability, termasuk kesiapan kerja, keterampilan komunikasi interpersonal, kepemimpinan, pengambilan keputusan, kemampuan adaptasi, serta resiliensi dalam menghadapi tekanan kerja. Mahasiswa dengan tingkat EI yang tinggi cenderung lebih percaya diri, lebih mampu membangun jaringan sosial, serta memiliki kecenderungan lebih besar untuk sukses dalam seleksi kerja dan pengembangan karir jangka panjang. Selain itu, integrasi EI ke dalam kurikulum akademik, keterlibatan dalam organisasi kemahasiswaan, pelatihan berbasis pengalaman seperti: experiential learning, serta layanan konseling dan dukungan psikososial di perguruan tinggi terbukti efektif dalam meningkatkan EI secara komprehensif. Simpulan dari kajian ini menegaskan bahwa pengembangan EI secara sistematis perlu menjadi bagian dari strategi pendidikan tinggi agar lulusan tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga matang secara emosional dan mampu menghadapi dunia kerja yang dinamis dan penuh tantangan. Dengan demikian, EI seharusnya diposisikan sebagai elemen kunci dalam desain kurikulum, kebijakan pengembangan mahasiswa dan indikator kinerja institusi pendidikan tinggi masa kini.

Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) dalam Rekrutmen dan Seleksi Karyawan Unilever

Elga Esatria Yolanda, Anindya Ardiansari — Sun, 27 Jul 2025 00:00:00 +0700

Perkembangan zaman yang cepat telah melahirkan teknologi-teknologi mutakhir, salah satunya adalah AI, berbagai kemudahan ditawarkan salah satunya untuk membantu proses rekrutmen dan seleksi karyawan dalam perusahaan seperti di perusahaan Unilever. Tujuan kajian adalah menelaah bagaimana pemanfaatan AI dalam proses rekrutmen dan seleksi karyawan di Unilever, serta juga meninjau tantangan dan peluang yang dihasilkan. Metode yang digunakan adalah studi pustaka dengan cara menganalisis informasi atau data dari berbagai sumber seperti: jurnal, artikel, buku dan sumber literatur lainnya yang sudah ada dan relevan. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa AI memberikan manfaat yang besar bagi Unilever, perusahaan berhasil menghemat biaya dan mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk proses perekrutan dan seleksi karyawan, namun masih menghadapi beberapa tantangan yang dihasilkan seperti: terkait bias algoritma, privasi dan keamanan data serta isu etika. Maka dari itu penting bagi perusahaan untuk melakukan pemeliharaan rutin dan update berkala untuk mencegah hal tersebut serta mempertahankan kualitas yang dihasilkan oleh AI. Kajian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi perusahaan lain yang akan menggunakan AI sebagai teknologi yang membantu proses rekrutmen dan seleksi karyawan mereka.

Kesesuaian antara Job Desk Kerja terhadap Kinerja Karyawan Generasi Z

Muhammad Septiansyah, Andhi Wijayanto — Mon, 04 Aug 2025 00:00:00 +0700

Pada era modern masa kini banyak terjadi perubahan, peluang, maupun tantangan baru, terutama pada bidang Sumber Daya Manusia (SDM). Dampak yang dapat dirasakan dalam bidang Sumber Daya Manusia yaitu telah terjadi perubahan lanskap ketenagakerjaan antar generasi. Bukti nyata yang dapat dirasakan dari peristiwa ini salah satunya peningkatan kuantitas pekerja dari kalangan Generasi Z. Generasi Z merujuk pada individu yang lahir antara tahun 1997 sampai dengan 2012. Seiring dengan pertumbuhan Generasi Z ini, terdapat seperangkat perspektif, karakter dan pola kerja yang berbeda daripada generasi-generasi sebelumnya yang disebabkan oleh disrupsi teknologi. Pengaruh antara disrupsi teknologi dengan pertumbuhan Generasi Z menciptakan sikap dependensi terhadap teknologi digital dan pemikiran yang lebih efisien. Artikel ini disusun dengan tujuan mengkaji hubungan antara kesesuaian job desk dengan kinerja karyawan Generasi Z berdasarkan perspektif teoritis. Temuan menunjukkan, diperlukannya penyesuaian dari organisasi atau perusahaan untuk melakukan pendekatan terhadap mereka. Kesesuaian antara job desk atau deskripsi pekerjaan dengan karakteristik Generasi Z dapat menjadi permasalahan penting karena dapat mempengaruhi aspek dan nilai kerja sesuai pernyataan person-job fit theory atau kesesuaian karyawan dengan pekerjaanya. Konsep person-job fit atau kesesuaian karyawan dengan pekerjaanya menjelaskan bahwa kesesuaian antara karakteristik atau pemahaman individu dan tugas kerja yang diemban berkontribusi pada pencapaian performa optimal. Generasi Z sangat sensitif terhadap ketidakcocokan antara kompetensi pribadi dan peran pekerjaan atau job role yang diberikan. Pada nyatanya, seringkali ditemukan ketidaksesuaian penerapan job desk atau deskripsi pekerjaan pada beberapa perusahaan dengan ekspektasi Generasi Z. Fenomena ini membuka peluang bagi Generasi Z untuk mengalami penurunan signifikan dalam kinerja kerja mereka, yang dapat berimplikasi pada perlambatan efektivitas dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diemban. Dengan demikian, penting untuk memahami dan mengatasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap fenomena ini agar dapat meminimalkan dampak negatif yang mungkin timbul.

Work-Life Balance dalam Era Digitalisasi Kerja: Analisis Dampak terhadap Kinerja Karyawan

Rezty Adelia Nur Sabilla, Sri Wartini — Sat, 02 Aug 2025 00:00:00 +0700

Perkembangan digitalisasi dan transformasi dunia kerja modern telah membawa dampak signifikan terhadap keseimbangan kehidupan kerja (Work-Life Balance/WLB) karyawan. Fenomena seperti: remote working, work-from-home (WFH) dan hybrid work yang marak pasca-pandemi Covid-19 menimbulkan tantangan baru seperti: batas waktu kerja yang kabur (blurred boundaries), technostress, serta tuntutan responsivitas yang tinggi. Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Work-Life Balance (WLB) terhadap kinerja karyawan di era kerja modern dengan menekankan faktor-faktor pendukung seperti: jam kerja, keamanan kerja, kompensasi, kepuasan kerja, serta dukungan organisasi. Landasan teori yang digunakan adalah Work-Family Border Theory (Clark, 2000), yang menjelaskan pentingnya pengelolaan batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi untuk meminimalkan konflik peran. Penulisan ini menggunakan metode studi literatur sistematis yang diperkuat dengan data sekunder dari penelitian sebelumnya, khususnya studi Ms. Aishwarya Swaminathan & Dr. Rajeshwari R R, 2023 pada Wildcraft India Ltd. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Work-Life Balance (WLB) yang terjaga dengan baik berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan psikologis, kepuasan kerja dan produktivitas karyawan. Sebaliknya, ketidakseimbangan Work-Life Balance (WLB) berdampak negatif pada kesehatan mental, motivasi, serta kinerja individu maupun organisasi. Penulis merekomendasikan agar organisasi merumuskan kebijakan kerja yang fleksibel, sistem kompensasi yang adil, serta program dukungan psikososial untuk menciptakan lingkungan kerja yang adaptif dan seimbang di era digitalisasi kerja.

Mengurai Teka-Teki Turnover Intention Generasi Z: Faktor dan Strategi Retensi

Gladys Aulia Latief, Siti Ridloah — Sat, 02 Aug 2025 00:00:00 +0700

Generasi Z merupakan angkatan kerja yang mulai mendominasi organisasi dengan karakteristik, nilai dan ekspektasi yang berbeda dari generasi sebelumnya. Namun, mereka juga dikenal memiliki tingkat turnover intention yang tinggi, sehingga menimbulkan tantangan serius bagi organisasi dalam mempertahankan talenta muda. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji berbagai faktor yang mempengaruhi retensi karyawan generasi Z, dengan mempertimbangkan tingginya turnover intention di kalangan generasi ini, serta mengkaji strategi retensi bagi praktik Manajemen Sumber Daya Manusia yang lebih adaptif dan berkelanjutan berdasarkan studi literatur terkini. Metode artikel ini menggunakan pendekatan studi literatur yang bersifat kualitatif-deskriptif terhadap berbagai jurnal nasional maupun internasional. Hasil kajian literatur menunjukkan intensi untuk meninggalkan organisasi di kalangan karyawan Gen Z dipengaruhi faktor-faktor seperti: kepuasan kerja, keseimbangan hidup, stres kerja, hingga makna pekerjaan. Berdasarkan temuan tersebut, dirumuskan strategi utama yaitu: pengembangan karier, sistem penghargaan, kepemimpinan suportif, lingkungan kerja kondusif dan budaya organisasi inklusif. Artikel ini dapat berkontribusi dalam memberikan pemetaan strategis berbasis literatur yang dapat menjadi acuan bagi organisasi dalam merancang pendekatan retensi yang lebih kontekstual dan berkelanjutan.

Optimalisasi Peran Human Resource Development dalam Mendukung Kinerja Perusahaan

Tasya Putri Parlinggawati, Siti Ridloah — Sat, 02 Aug 2025 00:00:00 +0700

Dalam era dimana persaingan bisnis menjadi semakin kompetitif, maka peran Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi sangat penting bagi perusahaan. SDM yang baik menentukan keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya, sekaligus menjadi aset berharga yang menjadi keunggulan perusahaan untuk dapat bersaing dan unggul. Penanggung jawab di dalam perusahaan yang memiliki tugas untuk meningkatkan kualitas SDM perusahaan adalah Human Resource Development (HRD). Pengembangan SDM memiliki tanggung jawab yang penting dalam mengembangkan, mengasah, mengelola dan mempertahankan kemampuan serta keahlian yang dimiliki oleh SDM di perusahaan. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi pengoptimalan fungsi Human Resource Development, serta menganalisis tugas pengembangan SDM dalam perannya mendukung kinerja perusahaan. Artikel ini membahas strategi optimalisasi tugas Human Resource Development dalam mendukung kinerja perusahaan serta menekankan pentingnya pemberdayaan Human Resource Development sebagai mitra strategis perusahaan. Hasil analisis menunjukan bahwa peran pengembangan SDM dapat dioptimalkan melalui penerapan dan pemanfaatan teknologi, menjadikan HRD sebagai mitra strategis perusahaan, menyelaraskan strategi perusahaan dengan strategi pengembangan SDM, serta meningkatkan analitik HR untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.

Menelusuri Pengaruh Beban Kerja dan Stres Kerja terhadap Turnover Intention: Suatu Kajian Teoritis

Septa Eka Aditiya, Rahmadani Nur Permanawati — Mon, 04 Aug 2025 00:00:00 +0700

Fenomena turnover intention karyawan menjadi salah satu isu krusial dalam praktik Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), mengingat dampaknya yang signifikan terhadap efektivitas dan keberlangsungan organisasi. Artikel ini bertujuan untuk menelaah secara teoritis hubungan antara beban kerja dan stres kerja terhadap intensi berpindah karyawan (turnover intention) melalui pendekatan studi pustaka. Hasil telaah menunjukkan bahwa beban kerja yang tinggi, baik dalam dimensi kuantitatif maupun kualitatif, berpotensi menimbulkan tekanan psikologis yang memicu stres kerja. Stres ini kemudian berkontribusi langsung terhadap peningkatan keinginan karyawan untuk mengundurkan diri, terutama ketika organisasi gagal menyediakan dukungan sumber daya yang memadai. Teori-teori seperti: Job Demand-Control Model, Effort-Reward Imbalance, dan Transactional Model of Stress menjelaskan bahwa ketidakseimbangan antara tuntutan pekerjaan dan kontrol maupun penghargaan yang diterima karyawan dapat menurunkan kepuasan kerja, komitmen organisasi dan kesehatan mental, yang pada akhirnya memperkuat niat untuk berpindah. Lebih lanjut, berbagai studi empiris dari berbagai sektor—termasuk layanan kesehatan, pendidikan, perbankan dan pemerintahan—menunjukkan korelasi positif dan signifikan antara beban kerja, stres kerja dan turnover intention. Dengan demikian, manajemen beban kerja dan pengendalian stres kerja menjadi strategi penting dalam menekan tingkat turnover. Artikel ini merekomendasikan agar organisasi merancang kebijakan SDM yang adaptif, berbasis keseimbangan beban kerja, penyediaan dukungan psikososial dan penciptaan lingkungan kerja yang sehat sebagai bentuk intervensi strategis untuk mempertahankan talenta dan menjaga produktivitas organisasi.

Dampak Kompensasi terhadap Kinerja Karyawan: Perspektif Teori dan Praktik

Tondo Widodo, Ahmad Zaenuri — Thu, 07 Aug 2025 00:00:00 +0700

Dalam lingkungan bisnis yang dinamis, Sumber Daya Manusia (SDM) telah menjadi aset strategis utama dan kinerja karyawan merupakan elemen kunci yang menentukan keberhasilan organisasi. Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman holistik mengenai bagaimana kompensasi, sebagai salah satu faktor esensial, berkontribusi dalam membentuk dan meningkatkan kinerja karyawan. Dengan menggunakan metode telaah literatur sistematis dari berbagai sumber akademis, artikel ini menganalisis hubungan kompleks antara kompensasi dan kinerja. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa kompensasi, yang mencakup imbalan finansial (langsung dan tidak langsung) dan non-finansial, memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Pengaruh ini bekerja melalui beberapa mekanisme, yaitu sebagai pemenuhan kebutuhan dasar, bentuk penghargaan yang meningkatkan komitmen, dan sebagai pendorong instrumental melalui skema bonus berbasis kinerja. Namun, hubungan ini tidak bersifat linier, melainkan dimediasi secara kuat oleh variabel psikologis seperti: motivasi dan kepuasan kerja. Kompensasi yang adil dan layak akan meningkatkan motivasi dan kepuasan, yang pada gilirannya mendorong kinerja yang unggul. Selain itu, efektivitas kompensasi juga dimoderasi oleh faktor kontekstual seperti: lingkungan kerja dan status kepegawaian. Implementasi sistem kompensasi yang efektif menghadapi berbagai tantangan, termasuk memastikan keadilan internal dan eksternal, kepatuhan terhadap regulasi dan mengelola persepsi karyawan. Implikasi praktis bagi organisasi adalah keharusan untuk merancang sistem kompensasi yang strategis, adil, transparan dan holistik, yang mengintegrasikan imbalan finansial dengan non-finansial seperti: peluang pengembangan karir dan lingkungan kerja yang positif. Pada akhirnya, kompensasi harus dipandang sebagai investasi strategis dalam modal manusia untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.

Employer Branding 4.0: Daya Tarik dan Retensi Generasi Z di Dunia Kerja Digital

Putri Nur Atika Rokhmah, Andhi Wijayanto — Sat, 16 Aug 2025 00:00:00 +0700

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset utama dan pilar penting dalam keberhasilan bagi sebuah perusahaan. Seiring dengan perubahan dan kemajuan zaman, Sumber Daya Manusia menghadapi tantangan dan persaingan yang semakin ketat. Dunia kerja telah mengalami perubahan besar sebagai akibat dari perkembangan teknologi digital yang pesat, terutama dalam hal bagaimana perusahaan menggambarkan diri mereka sebagai tempat kerja ideal atau yang dikenal dengan konsep employer branding. Kajian ini menyoroti peran employer branding sebagai strategi perusahaan yang terintegrasi dengan teknologi digital, serta bagaimana relevansinya dalam menarik dan mempertahankan talenta dari Generasi Z (Gen Z). Generasi ini dikenal memiliki karakteristik unik: melek digital, mengutamakan keseimbangan hidup dan fleksibilitas, nilai-nilai keberlanjutan serta kejelasan tujuan kerja. Metode penulisan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif melalui studi literatur (literature review) dengan Teori Identitas Sosial (Social Identity Theory-SIT) sebagai landasan teori utama. Hasil kajian menunjukkan bahwa optimalisasi media sosial, pengalaman kandidat karyawan berbasis teknologi, fleksibilitas kerja, makna dan tujuan dalam pekerjaan serta implementasi kepemimpinan yang suportif dan inklusif di perusahaan terbukti mampu menarik minat karyawan Gen Z dalam melamar pekerjaan. Temuan ini menegaskan pentingnya perusahaan yang tidak hanya sekedar menawarkan kompensasi finansial saja, tetapi mendefinisikan nilai-nilai perusahaan, memanfaatkan media sosial serta situs web resmi yang dimiliki, serta memastikan pengalaman kandidat yang optimal, maka perusahaan dapat menciptakan employer branding yang efektif. Artikel ini memberikan wawasan praktis bagi para praktisi SDM, pemimpin organisasi, serta akademisi dalam merancang strategi employer branding yang adaptif dan relevan di era 4.0.

Studi Literatur Fenomena Turnover Intention Pada Karyawan Minimarket

Hasfi Mubarok Syahdila Darada — Sat, 16 Aug 2025 00:00:00 +0700

Pada suatu organisasi Sumber Daya Manusia merupakan hal terpenting dalam rangka menjalankan visi dan misi organisasi, tanpa karyawan maka perusahaan tidak akan bisa berjalan dengan baik. Masalah krusial yang dialami dalam ruang lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia saat ini adalah turnover intention. Dalam penelitian ini mencoba meneliti tentang bagaimana fenomena tersebut terjadi, dan meneliti apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut. Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian literature review dengan menggunakan teknik pengumpulan data dokumen artikel yang berkaitan dengan fenomena yang ada, dan dijelaskan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil temuan mengatakan bahwa setidaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan turnover intention yaitu: stres, beban kerja, kenyamanan kerja, lingkungan kerja, ketidakpuasan kerja, motivasi kerja dan kinerja karyawan selain itu ditemukan pula adanya hubungan stres dan beban kerja yang menyebabkan turnover intention.

Peran Human Resource Management (HRM) dalam Penguatan Praktik Environmental, Social, and Governance (ESG) di Perusahaan

Ahmad Hammam Burhanudin, Vini Wiratno Putri — Wed, 20 Aug 2025 00:00:00 +0700

Di era modern, perusahaan dituntut mengintegrasikan aspek Environmental, Social and Governance (ESG) ke dalam strategi bisnis, namun kajian komprehensif tentang peran Human Resource Management (HRM) dalam penguatan ESG, khususnya di Indonesia masih terbatas. Penelitian ini bertujuan menganalisis peran HRM dalam penguatan praktik ESG di perusahaan, mengidentifikasi praktik-praktik terbaik HRM yang mendukung ketiga pilar ESG, serta merumuskan rekomendasi strategis bagi perusahaan Indonesia. Metodologi menggunakan Systematic Literature Review (SLR) dengan pendekatan PRISMA dan Realist Review terhadap artikel terpilih dari periode 2015-2024 yang bersumber dari database Scopus, ScienceDirect, Web of Science dan Google Scholar. Hasil penelitian mengungkapkan kerangka integratif yang menjelaskan kontribusi HRM melalui empat dimensi strategis yaitu: strategic alignment, capability development, culture transformation dan performance integration dengan praktik HRM efektif meliputi: rekrutmen hijau untuk pilar Environmental, program keberagaman untuk pilar Social, serta pengembangan kepemimpinan beretika untuk pilar Governance. Penelitian menyimpulkan HRM telah bertransformasi dari fungsi administratif menjadi mitra strategis yang krusial dalam pencapaian tujuan keberlanjutan perusahaan melalui pendekatan holistik yang melibatkan seluruh dimensi HRM dengan dukungan faktor kontekstual yang kondusif. Kontribusi penelitian ini terletak pada pengembangan kerangka integratif HRM-ESG yang komprehensif, mengisi kesenjangan literatur tentang peran HRM holistik dalam ketiga pilar ESG, serta menyediakan panduan praktis implementasi yang adaptif untuk lingkup perusahaan Indonesia.